Pahala

Segala sesuatu karya/pekerjaan akan membuahkan hasil, keuntungan atau kerugian, namun pada dasarnya setiap insan melakukan pekerjaan selalu ingin meraih keuntungan, hal ini dapat dilakukan dengan niat yang baik serta ikhlas dan penuh kesabaran , sebagai mana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan : Dari Ibnu Abbas Radhiallahuanhu dari : Rasulullah SAW sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya yang Maha Suci dan Maha Tinggi :
Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut:
Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka di catat di sisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak . Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya, Allah mencatatnya sebagai satu keburukan,
(Riwayat Bukhori dan Muslim)

Hadits tersebut diatas selalu memberikan keuntungan bagi setiap mu’min yang melakukan pekerjaan/karya yang sesuai ketetapan hukum syari’ah.

Menuntut ilmu seumur hidup

    Penyampaian Tablighul Islamiyah

Oleh : Maryati

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yang terhormat abinal kirom, selaku pengasuh pondok pesantren al-anwariyah sekeluarga yg mudah2an selalu dilindungi Allah swt dari segala marabahaya dan dipanjangkan umurnya , dilimpahkan rizkinya dan mudah2ah diberikan kesabaran dalam membimbing kita semua sebagai santri

Hadirin Rahimakumullah,
Alhamdulillah pada kesempatan malam hari ini kita dapat, berkumpul kembali di majlis ta’lim yang mulia ini, untuk melaksanakan rutinitas kegiatan belajar dalam Materi tabligul islamiyah , yang di laksanakan setiap minggu, semoga ini kita selalu dapat pertolongan dan petunjuk rahmat Ilahi Robbina amin.

Hadirin yang saya hormati,
Kita semua hadir di tempat yang mulia ini, dengan tujuan menuntut ilmu, dan setiap santri yg menuntut ilmu itu pasti punya tujuan ataupun cita2 yg sangat tinggi, mungkin kalau anak sekolah ingin jadi dokter, insinyur dll, tapi kita sebagai santri ingin menjadi ustadz /ustadzah, yang mampu melanjutkan visi , misi dan tujuan islam melalui da’wah ataupun berjihad, sebagai amanah dari Allah dan RasulNya.
Tidaklah realistis yang berstatus santri atau orang yg menuntut ilmu tak punya cita2, apalgi kita sebagai generasi penerus perjuangan rasul dan para ‘alim ‘ulama,
sia2lah bagi satri yang tak punya cita2 untuk melanjutkan perjuangan tersebut.

Hadirin Rahimakumullah ,,,
pantaslah kita / khususnya sebagai santri yg sedang mencari ilmu mempunyai cita2 yang sangat tinggi , apalagi cita2 seorang laki2 harus mampu menendang gunung sampai keselat sunda, maksudnya langkah laki2 lebih panjang dari pada perempuan .
Sebenarnya perempuan juga bias seperti laki2 , tapi yang namanya perempuan banyak terhalang oleh kodrat seorang wanita seperti pernikahan dan lain sebagainya.

Jadi,,, tuntutlah ilmu sampai alam memisahkan kita dan sungguh2lah dalam mencari ilmu demi cita2 kita semua , karena dengan ilmu , hidup kita jadi berguna, bagi agama maupun nusa dan bangsa.
Mungkin sampai disini uraian dari saya bila ada kata2 yg kurang berkenan dihati para hadirin sekalian , maka bukakanlah pintu maaf bagi saya yang seluas2nya,,,,,,,,,,,,

Pepatah sunda :
Lain cai lain walungan, tapi teri keur berlayar
Lain kiyai lain ajengan, tapi santri keu diajar

Billahittaufiq wal hidayah
Ahirul kalam
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pendidikan adab terhadap Anak

ﻢ               ﺃﻜﺭﻤﻭﺍﺃﻮﻻﺪﻜ
Muliakanlah anak-anakmu sekalian dan baguskanlah adab2 mereka

           Anak adalah suatu karunia Allah swt yang sangat mulia , yang wajib dipelihara / dirawat dengan sebaik2nya. anak sebagai keturunan atau generasi penerus yang akan melanjutkan cita2 orang tua dan leluhur, maka sangatlah wajib bagi orang tua selain memberikan nafkah juga terutama pendidikan sedini mungkin , demi masa depan yang baik , demi membangun bangsa yang bermoral, dari banyak kaun intelektual telah menyelenggarakan seminar-seminar yang berkategori pembangunan akhlak, seperti yang saya kutip beritanya, dengan judul : 
 Pendidikan Karakter Pada Anak Harus Sedini Mungkin
 
     Jakarta (ANTARA) – Praktisi Pendidikan Rani Anggraini Dewi menilai, pendidikan karakter pada anak harus diberikan sedini mungkin sebagai usaha berkesinambungan dalam membentuk karakter seseorang agar menjadi lebih baik dalam beretika, maupun perilaku sehari-hari.
“Pendidikan jangan hanya mementingkan kecerdasan intelektualnya semata, tetapi juga membutuhkan pembinaan karakter luhur di kalangan siswa,” kata Praktisi Pendidikan dan Konselor Keluarga Rani Anggraini Dewi pada seminar “Menata Pembinaan Karakter Luhur di Kalangan Siswa” di Jakarta, Senin.
Rani menjelaskan perlunya pembinaan karakter luhur pada siswa harus dikembangkan sejak dini. Dalam masalah ini, katanya, peran orang tua, guru dan dunia pendidikan sangat bertanggung jawab dalam pencapaian tersebut.
“Orang tua jangan hanya memikirkan fisik dan materi saja, tetapi pikirkan juga pendidikan akhlak dan budi pekerti yang sering tertinggal,” katanya.
Kurangnya perhatian pada anak juga merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan dan penyimpangan hak asasi jiwa, sehingga sangat dibutuhkan peran orangtua dalam penanganannya.
“Contoh anak dari keluarga yang orangtuanya bercerai, sering kali timbul masalah yang berkaitan dengan jiwa si anak yang kurang membutuhkan perhatian orangtuanya, sehingga seringkali si anak terlibat masalah, seperti kasus kekerasan atau penganiayaan,” kata Rani.
Kurangnya pengertian terhadap kasus kekerasan membuat masyarakat kurang mengetahui kasus yang sering terjadi di sekolah. Bukan hanya murid tetapi tidak jarang guru sendiri yang melakukan tindak penganiayaan terhadap anak muridnya.
“Tidak jarang guru itu menghina muridnya dengan memberikan julukan dari kondisi anak tersebut, sehingga hal itulah yang akan ditiru oleh muridnya,” kata Dirjen HAM Kementerian Hukum dan Ham (Kemenhukham) Prof Harkristuti Harkrisnowo, yang akrab dipanggil Tuti.
Tuti menjelaskan, jika orang tua sendiri tidak memberikan contoh yang baik terlebih dulu, jangan mengajarkan anak perilaku tersebut karena anak itu meniru apa yang mereka lihat.
“Anak pada dasarnya memiliki keingintahuan dan senang belajar, jika kita mengajarkan yang baik, mereka akan menyerap pelajaran yang baik pula,” kata Tuti.
Seminar pendidikan yang diselenggarakan oleh Yayasan SEJIWA bekerja sama dengan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan Perpustakaan Nasional RI adalah sebagai momentum peringatan Hari Buku Nasional, Hari jadi IKAPI ke-60 sekaligus Hari Jadi Perpustakaan Nasional ke-30, diharapkan mampu menjadi pijakan para penulis dan penerbit dalam mengupayakan pendidikan pembentukan karakter.

“Saya berharap seminar dan pelatihan ini bisa memacu penulis dan penerbit melahirkan karya-karya yang mengarah pada pembinaan karakter, sehingga mengurangi kekerasan yang selama ini terjadi,” kata Ketua IKAPI Setia Dharma Madjid.